Saat berwisata di Indonesia, Anda akan selalu menemukan sesuatu yang unik. Keunikan lain yang bisa Anda dapatkan dengan mengunjungi Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah alat musik sasando. Alat musik ini agak berbeda dengan alat musik lain pada umumnya.
Sasando dibangun beberapa abad yang lalu oleh penduduk pulau Rote. Alat musik ini memiliki senar tetapi tidak memiliki senar. Sasando dimainkan dengan cara bermain seperti veena dan veena. Nah, penasaran dengan alat musik ini? Baca penjelasannya di bawah ini!
Sejarah Alat Musik Sasando
Karena sudah ada sejak ratusan tahun lalu, tentunya banyak bermunculan cerita tentang sejarah Sasando. Salah satu yang paling populer adalah kisah Sangaguana yang terdampar di Pulau Nandana. Kemudian pria ini tinggal dan menetap di pulau itu bersama masyarakat setempat.
Pada akhirnya, Sangaguana jatuh cinta dengan putri raja yang memerintah pulau itu. Raja yang mengetahui hal ini meminta sang sangguana untuk membuatkan alat musik jika ingin menikahi anaknya. Alat musik yang diproduksi tentunya harus merdu dan memiliki bentuk yang menarik.
Suatu malam, Sanguguana bermimpi sedang memainkan alat musik yang bentuknya indah. Instrumen ini juga mereproduksi suara senar yang merdu. Melalui mimpi ini pria ini mulai membuat alat musik.
Sangguana langsung mendemonstrasikan peralatan tersebut setelah selesai. Raja yang melihatnya secara langsung terpukau dengan hasil karyanya. Hal ini, tentu saja, menyebabkan raja memberkati Sanggu dengan putranya.
Alat musik itu disebut Sasandu, yang berarti “getaran” atau “suara”. Nama ini berasal dari bahasa Rote, tempat lahirnya alat musik ini. Seiring berjalannya waktu, alat musik sasando mulai menyebar ke banyak tempat di Nusa Tenggara Timur, menjadikannya alat musik khas daerah tersebut.
Ukuran alat musik sasando
Instrumen sasando memiliki bagian di tengahnya di mana senar dan cangkang ditempatkan untuk menghasilkan suara yang resonan. Itu terlihat seperti perahu yang diparkir. Namun, inilah kekhasan alat musik ini.
Pusat Sasando adalah inti yang disebut Senda. Bagian utama berfungsi untuk menopang senar sasando dan menjadi pegangan saat dimainkan. Senda juga digunakan oleh pemain sasando untuk mengubah nada saat dimainkan. Di bagian belakang sasando tergantung pipa yang terbuat dari loncatan atau daun lontar.
Bagaimana cara memainkan alat musik Sanando?
Secara bentuk, Sasando sebenarnya masih tergolong keluarga Veena dan Veena. Hal ini terlihat dari musik yang dinyanyikan. Untuk membuat nada, Anda perlu merangkai senar pada sasando.
Namun, memainkan sasando sangat sulit. Instrumen ini tidak memiliki senar sehingga Anda tahu nada mana yang harus dimainkan. Anda harus memutuskan tali sasando dengan kedua tangan.
Tangan kanan digunakan untuk menentukan kunci, sedangkan tangan kiri digunakan untuk memainkan bass atau melodi. Untuk mendapatkan suara yang berbeda Anda harus memetik senar sasando di kedua arah. Tentu saja, butuh waktu lama untuk belajar memainkannya.
Jenis Alat Musik Sasando
Awalnya, Sasando hanya memproduksi satu jenis. Namun, kini Anda bisa menyaksikan berbagai alat musik tersebut di NTT. Alat musik sasando juga dikembangkan berdasarkan jenis suaranya. Berikut beberapa jenis sasando yang bisa Anda lihat saat ini:
> Sasando Pergelangan Kaki (memiliki 28 senar)
> Double Sasando (memiliki 56 atau 84 senar)
> Sasando Gong (berbunyi seperti gong)
> Sasando Biola (suaranya seperti biola)
Tentu saja cara bermainnya juga berbeda. Pemain sasando juga perlu menyesuaikan dengan jenis alat musik sasando yang dimainkannya.
Alat musik sasando
Lalu kapan alat musik sasando dimainkan? Jika Anda berjalan-jalan di sekitar pulau Rote, Anda akan sering melihat alat musik ini dimainkan oleh masyarakat setempat. Bahkan, sasando juga biasa digunakan untuk mengiringi berbagai gaya musik.
Dalam keadaan senang, alat musik sasando digunakan untuk tarian, nyanyian dan hiburan sosial lainnya. Selain itu, sasando juga dapat digunakan untuk menghibur kerabat yang sedang berduka atas meninggalnya keluarganya.
Demikian rangkaian informasi tentang alat musik sasando yang berasal dari NTT. Semakin banyak Anda tahu, semakin Anda mencintai budaya Indonesia. Nah, apakah Anda ingin belajar memainkannya juga?