Konsep sustainable fashion atau zero waste belakangan ini menjadi sumber inspirasi bagi brand lokal dalam menciptakan produk yang berkelanjutan. Fashion berkelanjutan adalah sebuah gerakan atau proses yang mendorong pemerhati mode untuk mengubah konteks desain, produksi, dan distribusi produk pakaian sehingga dapat digunakan secara berkelanjutan.
Fungsi utama gaya hidup fashion berkelanjutan adalah untuk mengurangi produksi pakaian. Seperti yang Anda ketahui, pakaian merupakan salah satu sumber pencemaran lingkungan terbesar.
Di bawah ini adalah merek lokal yang menawarkan produk fesyen berkelanjutan Indonesia.
Gaya hidup zero waste, juga dikenal sebagai zero waste, juga berkaitan dengan produk fashion yang berkelanjutan. Kini, banyak brand lokal Indonesia yang menganut konsep zero waste, sehingga mereka hanya menggunakan produk atau material sekali pakai dan menggantinya dengan material yang lebih kuat dan berkelanjutan. Berikut adalah berbagai merek fashion zero waste lokal Indonesia.
1. Sejauh mata memandang
Didirikan oleh Chitra Subyakto, Eyes Sees adalah brand lokal yang mengutamakan prinsip sustainable fashion dalam bahan pilihannya. Tekstil katun, linen dan Tencel merupakan alternatif bahan pengganti daur ulang.
Sejauh Mata Laut menggunakan tekstil yang terbuat dari limbah konveksi daur ulang, seperti koleksi #SefarDaur yang terlihat pada gambar. Limbah pratekstil diolah menjadi benang di Gresik, Jawa Timur dengan menggunakan teknologi ramah lingkungan. Kemudian ditenun menjadi kain di wilayah Pandan, Jawa Timur, dengan partisipasi penduduk setempat.
2. Atas
Merek piyama lokal Sare juga telah meluncurkan koleksi baju tidur berkelanjutan. Sare telah bermitra dengan produsen serat berkelanjutan Austria, LENZING.
Serat yang digunakan terbuat dari kayu bersertifikat dan ramah lingkungan. Selain itu, Sare juga telah mendapatkan sertifikasi EU Ecolable yang meliputi bahan baku mulai dari proses manufaktur hingga distribusi hingga proses daur ulang.
3. Pikiran Kering
Didirikan pada tahun 2016, merek fashion berkelanjutan lokal Sukha Sitta menggunakan proses pewarnaan alami pertama di Indonesia. Bahan sandang yang digunakan juga bersumber dari bahan masyarakat pertanian setempat yang bebas dari bahan kimia.
Konsep zero waste juga diterapkan oleh Sukha Sitta dengan menekan daur ulang limbah tekstil kemudian mendaur ulang sisa potongan kain menjadi kemasan pakaian. Selain ramah lingkungan, brand lokal ini juga memberdayakan pengrajin lokal untuk mengelola produksi pakaian.
4. Delapan
Osem adalah salah satu merek fashion lokal yang berkomitmen untuk nol limbah dengan mendaur ulang pakaian sisa produksi menjadi potongan-potongan kecil dan menyumbangkannya ke label lain. Ciri khas Osem terletak pada penggunaan tie dye pada koleksi pakaiannya. Juga menggunakan proses pewarnaan alami dari Indigofera tinctoria yang menghasilkan warna biru alami. Selain itu, Osem menghindari penggunaan resleting dan kancing plastik untuk mengurangi sampah.
5. Langkah di tanah
Lalu ada merek fashion berkelanjutan lokal yang memproduksi alas kaki atau alas kaki. Pijak Bumi adalah merek sepatu lokal dari Bandung yang terkenal dengan pembuatan sepatu dari bahan yang ramah lingkungan. Koleksi alas kaki terbuat dari bahan alami dan daur ulang seperti ban bekas, kulit kelapa dan kapas daur ulang.
6. Setli
Dengan konsep “Reuse, Repair, Recycle”, brand lokal Setli dihadirkan sebagai pemasok daur ulang limbah pakaian dan pakaian ramah lingkungan yang dapat digunakan oleh semua kalangan. Sejak 2018, Andian Aisiyah dan Intan Angita Prativi telah menciptakan Setali untuk memperpanjang umur pakaian dengan mendaur ulang beberapa kain perca atau kain yang sudah tidak muat lagi.
7. Studio Imajinasi
Dari aksesori hingga pakaian siap pakai, Emaji Studio berkomitmen untuk nol limbah. Semua sisa pakaian dari produksi pakaian, terutama aksesoris, didaur ulang untuk kemudian diubah menjadi aksesoris yang elegan dan berkualitas. Setiap desain juga memasukkan unsur budaya Indonesia, seperti teknik tie-dye klasik.
Sudah siap tampil cantik dengan produk fashion ramah lingkungan ini?